Olahraga Tradisional Jawa

Pada masa lalu, masyarakat di Pulau Jawa telah memiliki olahraga tradisional; entah itu tradisi masyarakat Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, maupun Jawa Timur.


Provinsi Jawa Timur: Karapan Sapi
Foto: www.sinarpaginews.com
Karapan sapi merupakan isti;lah untuk menyebut perlombaan pacuan sapi yang berasal dari Pulau Madura, Jawa Timur. Pada perlombaan ini, sepasang sapi yang menarik semacam kereta dari kayu (tempat joki berdiri dan mengendalikan sapi tersebut) dipacu dalam lomba adu cepat melawan sapi-sapi yang lain. Trek pacuan tersebut biasanya sekitar 100 meter dan lomba pacuan tersebut dapat berlangsung sekitar 10-15 detik. Karapan sapi didahului dengan mengarak pasangan-pasangan sapi mengililingi arena pacuan dengan diiringi gamelan jawa yang dinamakan saronen. Babak pertama adalah penentuan kelompok menang dan kelompok kalah. Babak kedua adalah penentuan juara kelompok kalah., sedangkan babak ketiga adalah penentuan juara kelompok menang.


Provinsi DI Yogyakarta: Panahan Tradisional Mataraman
Olahraga tradisional yang menggunakan panah untuk menembak target. Bedanya, olahraga ini dilakukan dengan duduk bersila. Olahraga ini biasa dimainkan pada upacara-upacara tertentu.

Provinsi Jawa Tengah: Pathol
Pathol adalah olahraga gulat tradisional yang berasal dari Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Konon permainan Pathol telah ada sejak jaman Majapahit, yang awalnya merupakan acara sayembara untuk mencari kesatria terbaik yang bisa menjaga pelabuhan Tuban yang pada waktu itu ramai oleh perompak dan penyamun. Gerakan-gerakan pathol kemudian diadaptasi dan dikembangkan oleh pemuda dan masyarakat setempat hingga akhirnya tumbuh menjadi olahraga yang digemari dan bahkan dijadikan kesenian tradisional. Gulat pathol yang umumnya digelar di pesisir pantai ini sering diselenggarakan setiap menjelang purnama atau pada hari-hari khusus misalnya bertepatan dengan upacara sedekah laut.Pathol adalah olahraga gulat tradisional. Olahraga ini populer di wilayah pantai utara mulai dari Rembang hingga Tuban. Laiknya gulat biasa, Pathol mempertandingkan dua orang di tengah arena. Arena Pathol biasanya berupa pasir karena itu sering dimainkan di pantai. Kedua atlet Pathol hanya mengenakan celana pendek dengan selendang atau tali terikat di pinggangnya. Pegulat yang menang adalah yang berhasil menelentangkan lawan hingga punggungnya menempel di pasir/ arena.

Provinsi DKI Jakarta: Palogan Gundu
Salah satu permainan khas masyarakat Betawi. Permainan ini lebih dikenal di daerah Rawa Barat, Kebayoran Baru dan dimainkan setiap saat. Pemainnya lebih dari 2 orang oleh anak laki-laki berumur 10 tahun. Peralatannya berupa balok kayu 2 m, lebar 15 cm, tinggi 12 cm. Balok kayunya disebut palogan. Balok ditaruh horizontal menghadap empat pemukul gundu atau pidian. Permainan tanpa iringan apa pun.
Jarak palogan-pidian 4 m. Jarak palogan-pasangan gundu 1,5 m. Jarak jajaran gundu-gundu 10 cm Jarak pasangan gundu pidian 2,5 cm. Sebelum permainan dilakukan, diadakan undian untuk menentukan yang mulai bermain. Regu I sebagai pemain dulu. C dan, D memasang gundunya. A dan B menyentil gundunya dari pidian ke gundu C dan D tadi. Jika sentilan mengena, maka mendapat bayaran (karet gelang atau gundu). Jika regu 1 telah selesai menyentil gundu, maka dimulai dari awal. Apabila sentilan tidak mengena, maka terjadi pergantian pemasangan dan penyentilan.